Kamis, 13 Februari 2014

Two Years Riding Impression Last Gen OVi

Vixion, salah satu produk motor sport yang bisa dibilang paling sukses dari pabrikan garputala, mungkin bisa dibilang melampaui kesuksesan RX-King sebagai salah satu brand motor yang punya image di tanah air, tidaklah sulit untuk menemui motor ini di jalanan, mulai di kota sampai ke desa banyak yang mengggunakan, termasuk saya. 


Sudah dua tahun ini OVi (Old Vixion) menemani saya wara-wiri kemana saja. Banyak sudah suka dan duka yang dilalui, dan sungguh senangnya ternyata lebih banyak sukanya. Seingat saya hanya sekali saja saya tertimpa kemalangan ketika mengendarainya dan entah kenapa kejadian yang tidak enak malah lebih mudah teringat detailnya. Saat itu baru satu minggu saya menikah dan hendak pulang berdua bersama istri saya dari kantor.  Ketika kami berdua melaju santai tepat di depan RS Tebet Jakarta Selatan, seorang pengendara motor terjatuh setelah mencoba meloncat dari jalur busway ke jalur biasa. Akibatnya motornya terhempas tidak terkendali ditengah jalan, naas kami berdua terjungkal menabrak motor tersebut yang tepat mengarah ke motor kami. Tapi syukurlah kami berdua tidak mengalami luka serius, si motor dilain pihak cukup banyak juga rusaknya. Pengendara motor tersebut juga termasuk tipe2 orang yang tidak bertanggung jawab, kenapa saya bilang begitu karena pertama, dari awal orang itu tidak berinisiatif menawarkan pengobatan kepada saya dan terutama istri saya. Kedua, ketika ditanya apa anda mabuk? dia malah marah-marah dan mencoba memancing keributan, tipikal orang yg gak mau tanggung jawab, padahal jelas-jelas dia sudah salah, kenapa saya tanya dia mabuk atau tidak, karena hanya orang mabuk saja yg masuk ke jalur busway pada kecepatan tinggi, lalu mencoba melompat ke jalur biasa padahal ada separator yang cukup tinggi, motor trail saja mungkin tidak mulus mengeksekusi apalagi ini motor matic, scoopy lagi, geleng-geleng kepala. Ketiga, ketika dia menjanjikan akan mengganti semua biaya perbaikan motor saya, dia malah tidak mau angkat telfon, benar-benar tidak bertanggungjawab. Tapi ya sudahlah... semoga orang itu selamat dalam mengarungi hidup, karena saya tidak tahu orang model seperti itu berkah atau tidak. 

Sedangkan kenangan sukanya, cukup hanya saya saja yg mengenangnya, hehe....

Balik lagi ke motor saya, setelah kejadiaan naas tersebut, saya harus mengganti beberapa komponen motor yang ternyata tidak murah biayanya. Beberapa part yang menurut mekanik Beresnya harus diganti antara lain; kaca spion yang patah, setang yang bengkok, segitiga atas dan bawah, komstir, fender depan dan juga shock breaker depan yang menurut mekaniknya sudah bengkok. Pada saat itu, saya tidak langsung mengganti semua part yg dikatakan oleh mekanik harus diganti. Pikir saya ah kenapa gak sekalian saja saya modifikasi, naaah..... dari sanalah saya mulai memodifikasi motor saya. Here we go...

Saat pertama memulai memodifikasi, kondisi motor saya adalah setang yang bengkok. Jadi fokus pertama adalah tentunya memperbaiki setang, saat itu kebanyakan penunggang vixion lebih memilih style touring dalam memodifikasi, ah... terlalu mainstream dan Byson lebih cocok untuk itu, jadi saya pilih sport naked bike style. Langkah pertama adalah memasang setang jepit, dimulailah searching setang jepit yang paling sesuai, saat itu saya coba-coba browsing melalui google, pilihan yang tersedia saat itu ada banyak macamnya, ada dari merk zox (kalau tidak salah) yang saat itu masuk pertimbangan saya, juga ada yg saran pakai setang jepit ninja rr (dengan ubahan sana sini), namun akhirnya setelah menemukan blog ini http://aaikhwan.com/2012/12/20/bye-bye-stang-r15/2012-02-11-13-53-491/ saya langsung jatuh hati. Dekat pula dari rumah saya di Depok, besoknya saya sambangi bengkel VJRS di Kalisari untuk memasang setang tersebut. Proses pemasangan cukup lancar tanpa ada kendala berarti. 

Setelah terpasangnya setang tersebut berarti dua problem terselesaikan, yaitu ganti setang yang bengkok dan ganti segitiga atas, selanjutnya untuk menuntaskan permasalahan di sektor setang, saya langsung bawa ke Beres untuk diganti segitiga bawah beserta dengan komstir satu set, sedangkan shock breaker depan belum saya ganti karena cukup mahal, setelah itu saya mampir di toko variasi untuk memasang fender variasi, bandul setang dan juga kaca spion. untuk saat ini sudah cukup, next saya ingin memasang Footrest Racing biar lebih klop, searching lagi di google...

UDB atau footrest racing adalah peranti wajib apabila kita melakukan rubahan dengan memasang setang jepit pada motor yg belum mengadaptasi jenis setang jepit dari pabriknya, gunanya adalah untuk membuat postur tubuh lebih rileks pada saat berkendara pada kecepatan tinggi. Pilihan saya jatuh ke UDB Nui M-Sato yang bentuknya OK dan PNP Vixion, sudah ready dipasangi RDB pula. Wah mesti hijrah ke Disk Breaking System nih.. Sekalian deh pasang RDB system, sekalian juga ganti velg, sekalian juga Bannya, waaaahhhh..... jadi banyaakk!?!?  MANTAB!!! = MAkaN TABungan. Ya sudah, kepalang tanggung, akhirnya diborong deh Pelek Chemco 3.50, Set RDB variasi Vixion merk DBS (ini sering bikin pusing), UDB Nui M-Sato, Rear Hugger Byson, Ban S123 120/70 buat belakang - yang depan pake ban belakang yang lama. Pasang deh.. abis itu langsung ngacir setelah bayar tentunya.

Sampai suatu ketika, saya merasa kok posisi ridingnya gak enak ya, motor berasa terlalu nungging, karena pemasangan setang jepit memaksa menyisakan batang shock breaker depan untuk tempat dipasangnya setang jepit. Alhasil distibusi berat motor di roda depan dan belakang berubah, Center of gravity motor juga bergeser nih, gak asik lagi.... putar otak gimana caranya... akhirnya saya ketemu yg namanya conrod peninggi shock vixion, dan ada juga kebalikannya conrod penurun shock vixion, pasang deh, murah pula, alhasil buritan jadi lebih rendah beberapa cm di ujung  lampu rem. Ini sangat penting menurut saya dan saya rasa banyak penunggang motor yang merubah-rubah ketinggian buritan motor tanpa memperhitungkan bahwa hal itu akan merubah sudut rake dan distribusi berat pada roda depan dan belakang yang berimbas pada bergesernya centre of gravity motorKalau sempat saya akan membuat ulasan mengenai center of gravity dan juga distribusi berat kendaraan roda dua pada berbagai macam tipe motor (walaupun sudah banyak juga yang mengulas)

Sesuai dengan prediksi saya, modifikasi minor tersebut menghasilkan handling yg lebih baik, dan tampilan motor jadi lebih padat. 



Beberapa modifikasi ringan lainnya adalah penggantian fender depan variasi dengan fender depan milik NVL dan Master Rem belakang milik NVL yang saya pesan langsung dari Beres (thumbs up buat yamaha yang memudahkan konsumennya memesan part sesuai keinginan melalui sistem informasi sparepart berbasis webnya,tinggal print, langsung pesan. Pabrikan lain??), kemudian Cakram belakang diganti dengan milik Tiger Revo, kampas kopling diganti dengan milik Scorpio, terakhir adalah penggantian ban depan dengan Battlax BT45 ukuran 110/70. Kenapa hanya ban depan saja yang diganti, pertama karena mahal gila harganya ban merk itu dan kedua saya rasa ban depan memang harus jauh lebih mumpuni ketimbang ban belakang. Alasannya? nanti saya buat ulasannya. Hanya itu saja sampai saat ini.

So apa lagi....?? 

Kedepannya saya berencana untuk mengganti rear arm dengan milik R15 yang sebentar lagi akan launching di Indonesia, sekaligus juga mengadaptasi sistem remnya (Kaliper dan Braketnya) semoga saja tidak sulit. Pertimbangannya kalau menggunakan part pabrikan pastinya nanti kalau kenapa2 masih bisa ditanggulangi di Beres dan kalau nyari partsnya tidak susah (termasuk penggantian kampas remnya).

Sektor mesin? gak ah, cuma rencana mau ganti final gear jadi 43 seperti NVL untuk mengakomodir beban roda-roda yang gambot, top speed berkurang? gak masalah (gak niat nyentuh top speed juga). Knalpot freeflow dsb. dst. gak ah, habis norak, kecuali kalo ada yg bisa rekomen knalpot performa freeflow suaranya silent kayak standard. Mungkin ganti ECU-nya kali ya yang mapping injeksi dan pengapiannya lebih mantap, tapi barang seperti itu pasti mahal, mungkin nanti R15 yang mau launching bisa diaplikasi ke OVi (kalau masih open loop itu juga R15nya).

Sedihnya sekarang dengan kehadiran penumpang ketiga di keluarga yaitu putri saya Felicia, saya harus mulai mempertimbangkan kendaraan yang lebih mampu mengakomodir kehadiran si buah hati. So... we will see.

Beberapa impresi saya selama menggunakan motor ini :
  1. Handling motor mantap untuk motor ber-cc 150, bodinya well balanced didukung oleh sasis yang sudah benar dari awal, remnya juga OK, khas Yamaha.
  2. Tenaga yang lumayan dari mesin yang gak juga bisa dipandang sebelah mata, banyak yang mencibir soal SOHC-nya, padahal itu cuma mekanisme untuk melayani buka-tutup katup yang hanya sebagian kecil pengaruhnya terhadap performa engine (single cylinder pula), belum banyak juga yang paham apa itu OHV, OHC, (yang terbagi menjadi SOHC dan DOHC), atau desmo. Cuma sedikit yang paham konstruksi mesin dan justru kebanyakan cuma ikut-ikutan nyelangap. Memang benar DOHC lebih advanced dari SOHC fakta itu tidak terbantahkan, tapi SOHC yang ini menjadi istimewa karena dia didesain dan di-reengineer untuk melayani multi valve engine (yang biasanya dilayani oleh mekanisme DOHC), bukan yang pertama memang namun diracik secara apik, buktinya banyak pabrikan motor eropa (terutama motor trail) yang menggunakan mesin ini. Entah siapa yang mendesain mesin ini, apakah Yamaha atau bukan, yang jelas desain mesin ini efektif untuk single cylinder dan aplikasinya sudah sangat luas. Lagi pula menurut pendapat saya DOHC akan mubazir jika hanya digunakan untuk melayani mesin satu silinder, kenapa...? pertama, terlalu banyak komponen yang mesti digerakkan sementara hanya ada 180 derajat momentum yang tercipta dari 720 derajat putaran crank yang harus ditempuh untuk menyelesaikan satu siklus mesin 4-tak, teorinya jumlah silinder optimal untuk mesin 4-tak adalah empat silinder dengan konfigurasi crankshaft konvensional, kalau konfigurasi crankshaftnya crossplane saya tidak paham betul; kedua, DOHC akan maksimal apabila dipandu dengan teknologi pengubah timing valve (VVT, VTEC) karena cam in dan ex sudah terpisah, pemasangan dua cam diatas kepala silinder mesin single cylinder berasa sangat mubajir. Jadi kejelian pabrikan Yamaha untuk membuat SOHC 4-valve ini perlu diacungi jempol.
  3. Value for money gak salah lagi
  4. Desain yang Robust dan bisa dibilang "eye catching" kalo gak bisa dibilang everlasting, buktinya di-recreate tuh sama pabrikan yang lain
  5. Spare parts terjangkau, dengan perawatan yang simpel
  6. Well manufactured, gak ada bunyi-bunyian aneh dari body


Kesimpulannya, motor ini memuaskan menurut pendapat saya. Sekalipun mesti melakukan beberapa modifikasi disana-sini tetapi justru disanalah kesenangannya bermula. Dengan basis dari rangka dan mesin yang sudah OK, kita tidak merasa sia-sia apabila merubahnya sekehendak hati kita. Demikianlah impresi saya selama menunggang dan memiliki Old Vixion Last Gen.

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar